Rabu, 28 Oktober 2015

puisi Alam


Alam Indah
Surya pagi mulai bersinar
Cahaya terang mulai memancar
Kicauan murung mulai terdengar
Terdengar dari berbagai sudut
Bukit- bukit hijau menjulang
Berjejer membentuk satu barisan
Menjulang tinggi menuju awang- awang       
Menghiasi indahnya pemandangan
Hamparan karpet hijau yang membentang
Bagaikan pencuci mata yang menjadi terang
Sayup angin  sepoy-sepoy yang berhembus
Mengelus hijaunya daun-daun halus
Gemericik air sungai mengalir
Terdengar tanpa getir
Butiran-butiran embun sejuk
Membasahi daun hijau bagai penyejuk
Kicauan burung burung emprit
Membuka kehidupan dibawah birunya langit
Sungguh mempesona alam ini
Hanya terdapat di bumi pertiwi

Babad Desa Tumiyang

Raden Suradinangga adalah keturunan dari Prabu Brawijaya 5, Raja di kerajaan Majapahit. Jika diurutkan, R. Suradinangga adalah keturunan yang kesebelas dari Prabu Brawijaya 5. R. Suradinangga termasuk seorang bangsawan yang tidak mau tinggalnya di keraton. Beliau mempunyai kesukaan jalan-jalan, di perkebunan atau ke pedesaaan. Oleh sebab itu beliau bias melihat dan merasakan rakyat kecil yang hidupnya sengsara. Pada suatu malam R. Suradinangga bermimpi. Di dalam mimpi itu, beliau bertemu dengan seorang kakek-kakek. Dan kakek-kakek itu mengaku bahwa beliau masih eyangnya. R. Suradinannga, yang namanya kyai Musaharpati. Beliau berbicara, jika R. Suradinangga ingin mendapat keberuntungan, harus pergi ke arah barat, sampai ke batas antara Majapahit dengan Pajajaran. Sebab disana adalah tempat kebahagiaan tadi. Paginya setelah bangun tidur R. Suradinangga kelihatan terganggu pikirannya. Yang mengganggu adalah, dalam mimpinya bertemu dengan eyang Musaharpati. Sebabnya beliau memikirkan mimpinya. Oleh karenanya beliau kelihatan tidak bergairah, dan tidak banyak berbicara. Keadaan seperti ini bisa kelihatan oleh orang tuanya R. Suradinangga, yaitu R. Jayataruna. Dan malamnya R. Suradinangga di panggil oleh ayahnya. Setelah menghadap ayahnya dan ditanya, beliau mengatakan mengenai mimpinya. Dan setelah mengatakan semua mimpinya, R. Suradinangga meminta do’a restu ke ayahnya, bahwa beliau akan menjalankan apa yang dikatakan eyang Musaharpati dalam mimpinya itu. Setelah mendengar perkataan R. Suradinangga , R. Jayataruna menjadi bingung. Beliau tidak rela melepaskan anaknya yang belum genap berusia 25 tahun. R. anaknya. Sarannya Jayataruna merasa berat dan jadi pikiran memberikan do’a restu pada, R. Suradinangga tidak boleh punya watak sombong. Harus mau mengalah dan harus menolong sesama. R. Suradinangga supaya mengajak pamannya yaitu paman Krama dan paman Bangsa. Kedua pamannya itu yang mengasuhnya sejak kecil. Dan untuk mengingat R. Suradinangga, tempat tempat yang di babaddi ( ditebangi ) untuk menanam pohon-pohon itu dinamakan ‘Babadan’. Dan nama babadan tersebut masih sampai sekarang. Setiap pagi R. Suradinangga, Krama, dan Bangsa pergi ke perkebunan. Ada saja yang dikerjakan dikebun itu. Ada yang menyirami , memotong rumpur yang mengganggu tanaman,membunuh hama, dll. Maka dari itu tidak heran jika tanaman R. Suradinangga kelihatan subur-subur. Pokoknya sangat menyenangkan. Dan kalau sudah siang beliau turun kepedesaan berjualan wungkal. Dan dari hasilnya untuk membeli kebutuhan mereka. Selanjutnya pulang ke Pekowen. Memang beliau termasuk orang yang ulet dan sabar. Lama-lama hidup di Pekowen merasa sepi tidak punya tetengga. Makanya R. Suradinagga pndah ke sebelah selatan Babadan. Disana sudah ada satu dua orang yang tinggal. Setelah tinggal di situ beliau mencoba berjualan dirumah sendiri. Yang dijual bukan hanya wungkal tetapi hasil dari tanaman yang di Babadan. Beliau merasa cocok tinggal di situ. Disamping ada tetangga ke Babadan juga masih dekat. Setelah R. Suradinangga tinggal di situ, semakin lama tambah ramai. Banyak orang-orang dari lain desa pergi kesitu. Mereka membeli wungkal atau sayuran. Lama-kelamaan mereka tinggal di situ. Ada juga yang kesitu membeli dagangan untuk dijual ditempat lain, dan ada juga yg membawa dagangan juga di jual di situ. Tempat iti pun semakin ramai. Ramainya sampai seperti kota. Dan untuk tanda, tempat tinggal itu oleh R. Suradinangga di namakan ‘Kota Eyang’. Dan kota eyang itu sampai sekarang dinamakan ‘Kuthiyang’. Sangat elok setelah R. Suradinangga tinggal di Kuthiyang, orang-orang yang datang tambah banyak. Keadaan seperti ini sampai Kuthiyang tidak cukup untuk menampumg orang-orang pendatang. Maka dari itu pendatang baru tinggal di sebelah selatan Kuthiyang. Tanah sebelah selatan Kuthiyang, ditempati oleh orang-orang baru yang menjadi saudara atau baru berkenalan. Untuk mengingat, tempat itu dinamakan ‘Pekawisan Sedherekan’, selanjutnya dari Kawis Sedherekan, dan sekarang jadi “ Karang Kemiri”. Kuthiyang dengan Karang Kemiri sudah kelihatan ramai. R. Suradinangga, selanjutnya pindah lagi ke selatan. Ditempat ini beliau mencoba menggarap sawah. Sebab jika dilihat tanahnya kelihatan rata dan air nya cukup banyak.. Tempat baru ini oleh R Suradinangga dibuat Pedukuhan baru lagi. Dan untuk mengingat di situ dinamakan “Dhuku”. R. Suradinangga sudah merasa tua . Beliau sudah ingin hidup yang lebih mapan. Maka dari itu beliau menikah dengan salah satu putrid di Dhukuh itu. Dan setelah mempunyai istri beliau tinggal disebelah utara Dhukuh. Dan karena tempat tinggalnya lebih tinggi daripada Dhukuh, maka dari itu, tempat tinggal baru itu dinamakan “UDIK”, yang artinya tinggi. Karena selain tempatnya lebih tinggi di banding Dhukuh, disitu juga ada orang tua yang namanya Udik Jembari. Nama Udik itu sampai sekarang juga masih dipakai sampai sekarang. Pada suatu hari R. Suradinangga memikirkan ingin menghimpun semua Padhukuhan yang sudah pernah di tempati. Sampai tekad yang ada beliau ingin membuat desa. Dan untuk mewujudkan keinginannya itu beliau memberikan perjanjian ke orang-orang Udik, Dhukuh, Karang Kemiri, juga orang-orang Kuthiyang. Perjanjiannya yaitu: mengeluarkan keinginannya beliau membuat desa. Dan kenyatannya niat beliau yang seperti itu banyak yang nenyetujui dari pada yang tidak. Selanjutnya R. Suradinangga mengumpulkan orang-orang yang di anggapnya paling tua di setiap Padhukuhan. Setelah orang sudah berkumpul di ajak musyawarah tentang cara membuat desa dan pimpinannya desa atau yang disebut lurah. Hasil dari musyawarah yaitu caranya membuat lurah memakai panggok. Semua calon lurah supaya duduk di atas panggok. Bagi yang memilih, semua berkumpul di bawah panggok. Adapun yang berniat dapat jumlah calonnya, siapa-siapa mencalonkan diri menjadi jago lurah. Dan untuk Padhukuhan di mana saja yang ingin menyatu, juga dapat ikut memilih membuat lurah. Dan tempat membuat lurah tidak di Udik, tetapi di sebelah selatan Udhik. Selama hari itu orang-orang saling bercerita. Ada yang menceritaka tetangganya yang akan ikut mencalon lurah, ada juga yang ingin mencalonkan juga. Intinya setiap padhukuhan jadi tambah ramai. Di hari yang sudah di tentukan, ditempat yang sudah ditentukan juga, sudah ada lima panggung. Dari pagi panggung-panggung itu sudah ada yang menduduki, yaiti calon calon lurah. Orang-orang yang datang tertuju pada calon-calon lurah, dan bertempat dibawah panggung calon yang akan dipilihnya. Semakin siang yang datang tambah banyak, setelah siang dan dianggap sudah datang semua, kumpuln setiap orang yang di bawah panggung dihitung dan hasilnya, ternyata yang paling banyak orangnya tidak lain adalah R. Suradinangga. Dan waktu itu juga R. Suradinangga jadi lurah di desa baru. R. Suradinangga turun dari panggung, dan member salam ke calon-calon yang kalah. Selanjutnya beliau naik ke panggung lagi. Beliau memberikan ucapan terimakasih kepada orang-orang yang telah memilihnya. Dan selanjutnya, desa itu membutuhkan penataan, maka dari itu beliau tidak akan mengatur sendirian, harus ada yang membantu. Pembantu-pembantu itu diantaranya adalah bau, jaga baya, dll. Berhubung yang ingin jadi satu bukan hanya Kuthiyang, Karang Kemiri, Dhukuh, dan Udik,juga Padhukuhan Jurangmangu, Padhukuhan Cilongok, dan Palumbungan, maka itu beliau juga mengucapkan terimakasih kepada orang –orang Padhukuhan itu. Dan adanya Padhukuhan itu ikut jadi satu, sehingga dari hari itu desa baru ini dinamakan desa “TEMIYANG”, atau “TUMIYUNG” yang artinya tumungkul. Dan kata Tumiyung sekarang menjadi TUMIYANG. Dan untuk tempat yang dipakai dijadikan desa Tumiyang dan memilih lurah selanjutnya dinamakan “DESA”. Dari hari itu ada desa Tumiyang, Kuthiyang, Karang Kemiri, Tumiyang Udik, Tumiyang Dhukuh, Tumiyang Desa, Jurangmangu, Pelumbungan, dan Cilongok. Yang katanya grumbul Jurangmangu itu yang membuat nama adalah Pangeran Tegalarum, yang gandenganya dengan desa Glempang, Pekuncen, Pasiraman, dll. Setelah R. Suradinanggabselesai berbicara, orang –orang Tumiyang bersorak-sorak. Selanjutnya semua pulang ke rumahnya masing-masing. Semua orang sudah puas punya desa dan punya lurah baru. Setelah keadaan sepi R. Suradinangga turun dari panggung dan pulang ke rumahnya. Di rumah R. Suradinangga sangat kepikiran. Beliau teringat kembali hidup di keraton. Raja biasanya mengerjakan pemerintahan di bantu oleh patih, bupati, demang, dan selanjutnya. Beliau juga ingin mengadakan yang seperti itu di desanya. Untuk mewujudkan keinginanya itu, R. Suradinangga memenggil calon –calon lurah yang dikalahkan. Semua calon lurah yang kalah diajak untuk membangun desa Tumiyang bersama-sama. Orang- orang akan dijadikan bau, kebayan, dan jaga baya. Selama R. Suradinangga jadi lurah di desa Tumiyang, desa kelihatan tentram. Istrinya tidak bias lama jadi ibu lurah. Istrinya meninggal mendahuluinya. Sehingga R. Suradinangga menikah lagi dan jika dihitung istri beliau ada 4. Dari istrinya tadi beliau mempunyai 5 anak. Anak-anaknya R. Suradinangga yaitu: R. Kertabaya, R. Kertadikrama, R. Dipatirta, R. Surawijaya , dan R. Dipadiwangsa. R. Suradinangga setelah jadi lurah juga di kenal R. Mertadinangga. Jadi, R. Suradinangga adalah R. Merthadinangga. Semeninggalnya R. Suradinangga, yang menggantika jadi lurah di desa tumiyang R. Dipatirta, anak dari R. Suradinangga yang no. 3. Yabg menggantikan R. Diphatirta jadi lurah di Tumiyang R. tirtadiwrya, anak dari R. Diphatirta yang no. 1. Dan sampai p nya hidumengandalkan dari petani dan sekarang, desa Tumiyang masih kelihatan tentram dan damai. Warganya banyak yang dagang.
                                                             *SELESAI*

Senin, 26 Oktober 2015

Tentang Saya

Sekedar perkenalan gess Kenalin, pemilik blog ini bernama lengkap Fatmia Dwi Anggita, biasanya dipanggil Mia. Lahir di Banyumas, 8 Mei 2001. Maka dari itu, aku pake angka 8 buat nama blog ini karena aku lahir tanggal 8. Berzodiak Taurus. Cukup segini aja ya gengsss.. Selamat menyaksikan postingan-postingan di blog ini dan semoga blog ini bermanfaat buat kalian :)